Home / Hukrim / Lumpuhkan Dunia Pendidikan dan Melecehkan Adat di Papua
Kedok KKB Terbongkar
Lumpuhkan Dunia Pendidikan dan Melecehkan Adat di Papua
Papua, katakabar.com - Kedok Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang berpura-pura memperjuangkan masyarakat Papua terkuak. Kebohongannya terbongkar oleh kelakuan aslinya. KKB tidak cuma mau melumpuhkan dunia pendidikan, tapi melecehkan adat Papua.
Niatnya untuk melumpuhkan dunia pendidikan berlanjut. Setelah membunuh 2 guru, membakar 3 sekolah dan membunuh pelajar, KKB kembali membakar 3 rumah guru dan bangunan SD Inpres Klambet di kampung Dambet Distrik Beoga, pada Sabtu, (17/4/) lalu.
Setelah sempat salahkan TNI yang dilibatkan sebagai guru di sekolah-sekolah Papua dan menuduh guru dan pelajar yang dibunuhnya sebagai mata-mata aparat keamanan, KKB kembali membakar sekolah.
Selain itu, mereka melecehkan adat setempat dengan membakar rumah kepala suku wilayah Dambet bernama Bener Murib.
"Diduga dilakukan oleh kelompok Beoga Arodikala yang ikut Lagakek Telenggen," ujar Kasatgas Humas Operasi Nemangkawi, Kombes M Iqbal Alqudusi, lewat keterangan tertulis, pada Minggu (18/4) kemarin.
Kepala Penerangan Kogabwilhan III, Kolonel Czi IGN Suriastawa mengkonfirmasi insiden pembakaran oleh front bersenjata OPM yang selama ini disebut sebagai KKB.
"Benar, KKB telah membakar SD Inpres Klambet dan rumah kepala suku wilayah Dambet kampung Dambet distrik Beoga, pada Sabtu, (17/4). Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, meski sempat ada gangguan tembakan kepada aparat gabungan TNI Polri saat menuju ke lokasi kejadian," tambahnya.
Mengulang pernyataannya, Kolonel Suriastawa menjelaskan, fakta ini makin menunjukkan bahwa seluruh front OPM sedang frustasi dan makin membongkar kedoknya sendiri bahwa selama ini merekalah biang kerok dan sumber masalah di Papua.
Front bersenjatanya frustasi, sebab selain posisinya makin terjepit dengan tindakan pengamanan aparat gabungan TNI Polri, jalur ilegal senjata dan munisinya terbongkar, sumber dana dari hasil pemerasan kepada pejabat daerah dan masyarakat pun terbongkar. Bahkan Kebohongannya yang sering disebar di media sosial terbongkar.
Front politiknya frustasi lantaran di dalam negeri upaya penolakan Otsus gagal dan di luar negeri tidak ada dukungan resmi dari dunia internasional terhadap aksi terorisme front bersenjata OPM. Propagandanya melalui media online dan media sosial tidak direspon dunia internasional.
Front klandestinnya frustasi karena peran dan permainan "dua kaki" nya sudah diketahui banyak pihak. Propaganda melalui media oleh jurnalis dan tokoh media sosial sudah terdeteksi.
Kolonel Suriastawa menambahkan, setelah penembakan guru, mereka mau memunculkan propaganda pembenaran itu mereka lakukan karena TNI dilibatkan sebagai tenaga pengajar dan doktrinasi, sehingga guru adalah mata-mata aparat keamanan.
"Faktanya, TNI dilibatkan sebagai pengajar di sekolah-sekolah karena banyak guru yang takut mengajar, khususnya guru pendatang akibat teror dari front bersenjata OPM dan tidak jarang merenggut nyawa seperti terjadi minggu lalu," jelasnya.
"Peran TNI sebagai tenaga pengajar berlaku didaerah lain khususnya daerah terpencil, pulau terluar dan perbatasan. Lantaran keterbatasan tenaga pengajar itulah Kementerian pendidikan membuat MoU dengan TNI," ulasnya.
Masih Kapen Kogabwilhan III, dari analisa media sosial, propaganda yang menyalahkan TNI dan seolah membenarkan penembakan terhadap guru terlihat jelas terkoordinir, masif dan serentak.
"Aktornya ya itu-itu saja dan dibantu jurnalis yang punya akses ke media. Redaksionalnya mirip, waktunya hampir bersamaan. Mirip kerjanya buzzer," ujarnya.
"Sebenarnya bukan hanya isu ini. Selama ini seperti itulah kerjaan mereka, tergantung momen yang diusung. Pengalihan isu ini sengaja dibuat untuk menutupi fakta bahwa mereka tidak ingin masyarakat Papua berpendidikan dan maju, agar kebohongannya tidak diketahui masyarakat luas," tambahnya.
Aksi teror terbaru KKB ini tentu sangat memperihatinkan khususnya bagi dunia pendidikan di Papua. Diperlukan langkah nyata pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini agar tidak berlarut dan tidak menambah panjang daftar korban baik aparat keamanan maupun masyarakat yang tidak berdosa.
Komentar Via Facebook :