Home / Olahraga / Moeldoko Dituding Kudeta, Ini Kata Petani Apkasindo
Moeldoko Dituding Kudeta, Ini Kata Petani Apkasindo
Pekanbaru, Katakabar.com - Kisruh antara Partai Demokrat dengan Kepala Staf Presiden, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko mendapat tanggapan dari petani. Bukan tanpa sebab, Moeldoko adalah Ketua Dewan Pembina DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) yang tersebar di 134 kabupaten dan kota di 22 DPW provinsi yang menaungi 21 juta petani kelapa sawit.
Ketua DPW Apkasindo Provinsi Nangroe Aceh Darussalam Sofyan Abdullah mengatakan, tuduhan bahwa Moeldoko akan mengkudeta Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), tidak berdasar.
"Menurut saya isu kudeta itu enggak mendasarlah, enggak elok, geli mendengarnya. Kok orang luar mengkudeta. Kalau mengkudeta itu ya orang dalam lah," ujar Sofyan, Rabu (3/2).
Sofyan curiga, isu kudeta itu justru menjadi salah satu cara pintas bagi petinggi Partai Demokrat untuk mempopulerkan diri. Apalagi kudeta itu dituduhkan ke mantan Panglima TNI tersebut.
Sementara itu, Ketua DPW Apkasindo Sulawesi Selatan Dr. Badaruddin Puang Sabang mengaku prihatin dengan isu kudeta itu. Tokoh petani sawit asal Sulsel ini menyebut, seharusnya Demokrat tidak buru-buru melontarkan tudingan yang menyakitkan itu.
"Pak Moeldoko itu Kepala Staf Presiden (KSP), dari mana saja elemen bangsa ini boleh menyampaikan banyak hal kepadanya. Saat orang partai yang jumpa Moeldoko, justru Moeldoko dibilang mau ambil alih partai? Nanti kalau kelompok besar lain datang, dibilang ambil alih juga kah?" ketusnya.
Dia menilai, jika ada orang-orang Partai Demokrat datang ke kantor KSP meminta Moeldoko, atau untuk bertemu, tentunya itu dilakukan di luar kantor tersebut.
"Saya pikir enggak salah juga. Kalau misalnya orang partai itu meminta Moeldoko untuk menjadi ketua umum, mestinya orang Partai Demokrat intropeksi diri. Bisa saja di Demokrat ada ketidakpuasan," ujar Badaruddin.
Dia juga mengatakan, pihak yang mendatangi Moeldoko justru dari Demokrat, bukan sebaliknya. Badaruddin mengaku heran ketika orang yang didatangi justru disalahkan.
"Kita lihat lagi kronologisnya, yang datang (ke kantor KSP) itu kan orang Demokrat, bukan Moeldoko. Masa orang yang didatangi malah disalahkan? Kalaupun orang Demokrat meminta, belum tentu Pak Moeldoko mau," kata Badaruddin.
Badaruddin menegaskan, Moeldoko sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan partai. Hal itu, kata Badaruddin, sangat sulit disangkutpautkan dengan isu kudeta partai.
"Pak Moeldoko hanya konsen dengan pekerjaannya, tenang dan pemikir. Eh tiba-tiba pula dibilang mau kudeta, sadis ah," cetus Badaruddin.
Menurut Badaruddin, tuduhan terhadap Moeldoko tersebut salah diagnosa. Ibarat penyakit, orang sakit flu dibilang sakit jantung. "Ya salah resep lah," katanya.
Sama seperti Badaruddin, DR Syamsuddin Koloi, juga menilai seorang Kepala Staf Presiden wajib mendengar unek-unek para tetamu yang datang, tak terkecuali dari partai.
"Sebab tugasnya melayani elemen masyarakat. Kami para petani yang notabene warga negara, sangat berharaplah isu-su semacam ini jangan digoreng untuk bikin gaduh. Ada baiknya hal-hal yang tak penting dikesampingkan. Jangan membikin isu yang tak jelas juntrungannya, kita semua sedang berjuang melawan covid, jangan aneh-aneh lah. Lebih baik, yuk kita antar Presiden Jokowi menuntaskan tugasnya untuk memajukan bangsa ini, pemilihan presiden masih jauh," tokoh petani asal Sulawesi Tengah (Sulteng) itu.
Di sisi lain, Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat Manurung menyebutkan kalau di KSP itu ada yang namanya program "KSP Mendengar".
"Kami petani sawit salah satu kelompok masyarakat yang sering datang ke Kantor KSP mengadukan segala permasalahan petani. Terkadang kami jumpa Pak Moeldoko di luar kantor," kata Gulat.
Gulat mengatakan, para petani senantiasa berkeluh kesah ke Moeldoko. Mulai dari masalah sawit dalam kawasan hutan hingga ke tataniaga buah kelapa sawit.
"Pak Moeldoko selalu sabar mendengar. Biasanya beliau didampingi stafnya untuk mendengar apapun yang kami sampaikan. Sebab itulah tugas beliau sebagai KSP. Terus, apa bedanya kami dengan kelompok masyarakat lain yang datang ke KSP atau berjumpa di luar kantor? Saya pikir sama saja," kata Gulat.
Gulat menilai, Moeldoko tidak mudah dipengaruhi oleh pihak manapun termasuk politisi. Itu yang menjadi dasar Gulat merasa aneh tuduhan kudeta partai diarahkan ke Moeldoko.
"Bagi kami petani, Pak Moeldoko itu bukan tipe yang mudah dipengaruhi. Sepemahaman kami seperti itu. Sekarang, muncul istilah kudeta. Saya rasa, sesuai istilahnya, yang mengkudeta itu orang dalam, bukan orang dari luar. Kalau misalnya istri teman curhat ke saya, apa saya kemudian harus dituduh mengkudeta rumah tangga teman itu? Yang bener sajalah," tegasnya.
Komentar Via Facebook :