Home / Sawit / BBSPJI Selulosa Olah Limbah Sawit Bahan Baku Alternatif Industri Kertas
BBSPJI Selulosa Olah Limbah Sawit Bahan Baku Alternatif Industri Kertas
Jakarta, katakabar.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Republik Indonesia terus berupaya memperluas lingkup layanan yang diberikan untuk mendukung peningkatan daya saing industri. Salah satunya pelayanan terkait selulosa oleh satuan kerja di bawah Kemenperin RI, saat ini tidak hanya fokus pada industri pulp dan kertas.
Langkah itu dimotori Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin RI lewat Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Selulosa (BBSPJI Selulosa).
“Pulp dan kertas produk konvensional dari industri pengolahan selulosa. Di luar itu, produk-produk seperti peralatan perawatan pribadi, suku cadang kendaraan, obat-obatan, bahan konstruksi, dan elektronik terdiri dari selulosa dan turunannya. Lantaran itu masih banyak yang potensial untuk dikembangkan,” ulas Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Doddy Rahardi di Jakarta, pada Jumat (30/6) seperti dilansir dari elaeis.co.
Doddy menjabarkan, selulosa dianggap sebagai plastik berkelanjutan masa depan karena sifatnya membentuk biokomposit dengan termoplastik.
Pemerintah mendorong penggunaan komposit untuk menciptakan produk yang kuat secara berkelanjutan. Saat ini dalam teknologi fabrikasi, daur ulang, dan perluasan peluang penggunaan produk akhir, telah memberikan dorongan pasar industri selulosa.
Menurutnya, di tahun-tahun mendatang, aplikasi selulosa bakal meningkat dengan industri pengguna akhir yang dapat menyubstitusi produk berbasis minyak bumi ke sumber yang berkelanjutan untuk bahan baku atau dikenal sebagai biorefinery.
Produk-produk ini mampu meminimalkan limbah, mengoptimalkan bahan baku, dan memaksimalkan keuntungan dari biomassa itu sendiri, jelas Doddy.
Sebagai upaya untuk memperluas layanan selulosa, BBSPJI Selulosa Kemenperin menggelar Temu Bisnis Industri bertajuk “Peran Layanan Jasa BBSPJI dalam Peningkatan Daya Saing Industri Nasional” pada Selasa (27/6) lalu.
Gelaran ini kegiatan yang secara konsisten dilakukan Kemenperin RI untuk terus meningkatkan industri melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia.
Kepala BBSPJI Selulosa Kemenperin RI, Hendra Yetty menimpali, kegiatan Temu Bisnis Industri (TBI) diharapkan dapat menjadi sarana komunikasi dengan asosiasi industri, perusahaan industri dan pengguna layanan jasa teknis lainnya dalam pengembangan jasa layanan oleh BBSPJI Selulosa Kemenperin RI.
“Dalam mendukung daya saing industri, BBSPJI Selulosa memberikan pelayanan jasa industri, seperti pengujian, kalibrasi, sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI), sertifikasi industri hijau, verifikasi (inspeksi) recycle content untuk keperluan ekspor, konsultansi, optimalisasi pemanfaatan teknologi serta pendampingan teknis yang diharapkan menjadi solusi pemecahan masalah industri selulosa,” kata Yetty.
Yetty menuturkan, Satker yang dipimpinnya saat ini terus menjalankan tugas dan fungsinya dengan memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat industri, dan meningkatkan kapasitas layanan dan kelembagaan yang berintegritas, serta berkompeten melalui jasa standardisasi.
Selain itu, pengujian, kalibrasi, pelatihan, sertifikasi produk, verifikasi dan sertifikasi ekolabel, sertifikasi industri hijau, dan mengembangkan lingkup layanan dalam hal perluasan lingkup pengujian, lingkup kalibrasi, dan uji profisiensi.
“Saat ini tengah dibentuk Lembaga Verifikasi/Validasi Gas Rumah Kaca (LVV GRK), Lembaga Penjaminan Halal (LPH) dan Lembaga Verifikasi TKDN. Dalam membantu pemecahan masalah industri BBSPJI Selulosa yang memberikan pelayanan konsultansi, pendampingan teknis serta optimalisasi pemanfaatan teknologi industri,” bebernya.
Sebagai upaya menjalankan fungsinya, BBSPJI Selulosa melakukan inovasi teknologi untuk meningkatkan daya saing industri nasional, salah satunya telah mengembangkan mesin untuk pemanfaatan limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) yang digunakan sebagai bahan baku alternatif industri kertas.
Langkah strategis itu diharapkan dapat mengatasi permasalahan bahan baku kertas daur ulang yang masih impor.
Di tahun 2022, kapasitas terpasang industri pulp nasional sebesar 12,13 juta ton per tahun, memposisikan Indonesia di peringkat kedelapan dunia. Di mana industri kertas memiliki kapasitas terpasang sebesar 18,26 juta ton per tahun yang menempatkan Indonesia di peringkat keenam dunia.
Di akhir triwulan I 2023, industri kertas dan barang dari kertas menunjukkan kinerja baik dengan nilai ekspor sebesar 768,38 juta USD atau naik 11,17 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun 2022 lalu.
Untuk impor turun nilainya sebesar 4,01 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun 2022 lalu.
Komentar Via Facebook :