Home / Nusantara / Petani Sawit Dilatih Perbanyak Agens Hayati di Kaltim Kendalikan Hama
Petani Sawit Dilatih Perbanyak Agens Hayati di Kaltim Kendalikan Hama
Samarinda, katakabar.com - Penggunaan pestisida sintetis yang kurang bijaksana dalam pengendalian hama atau Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) masih banyak dilakukan petani di sektor perkebunan sawit.
Hal ini menimbulkan beberapa masalah yang kurang menguntungkan, salah satu timbul resistensi OPT terhadap pestisida sintetis. Residu pestisida jadi penyebab pencemaran lingkungan dan lainnya.
Untuk mengatasi hal itu, Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur (Disbun Kaltim) memberikan Pelatihan Perbanyakan dan Penyebaran Agens Pengendali Hayati bagi petani sawit di Desa Karang Jenawi, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Pelatihan Perbanyakan Agens Pengendali Hayati digelar di Kampung Sekolaq, Kecamatan Sekolaq Darat, Kabupaten Kutai Barat. Peserta berasal dari Petugas Bregade Protensi Tanaman (BPT) dan Regu Pengendali OPT (RPO) setempat.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengembangan dan Perlindungan Tanaman Perkebunan (UPTD P2TP) Disbun Kaltim, Sopian mengatakan, agens hayati adalah setiap organisme atau mahluk hidup, terutama serangga, cendawan, cacing, bakteri, virus dan binatang lainnya, yang dapat dipergunakan untuk membasmi atau mengendalikan OPT dalam proses produksi, pengolahan hasil pertanian, dan berbagai keperluannya.
"Sangatlah bijaksana apabila dalam pengendalian OPT dilakukan dengan menggunakan musuh alami atau agens hayati. Kegiatan pelatihan perbanyakan agens pengendali hayati bertujuan meningkatkan efektifitas agens hayati di tingkat lapangan dan sosialisasi kepada petani," jelasnya melalui keterangan resminya.
Agens Pengendali Hayati merupakan organisme yang dapat dipergunakan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman. Itu artinya pengendalian OPT dilakukan dengan menggunakan bahan pengendali yang ramah lingkungan," ujarnya.
Dijabarkannya, Trichoderma spp merupakan salah satu agens hayati yang rutin digunakan di kelompok petani sawit. "Baik digunakan sebagai Trichokompos, maupun aplikasi starter dengan cara disemprot atau dikocorkan ke pertanaman," ulasnya.
Setelah mengikuti pelatihan lanjutnya, para petani mudah-mudahan mampu memperbanyak dan mengaplikasikan agens pengendali hayati secara mandiri.
"Dengan begitu petani dapat menyediakan bahan pengendali yang ramah lingkungan untuk pencegahan secara dini serangan OPT pada tanaman perkebunan," harapnya.
Semakin meningkatnya minat petani sawit dalam menggunakan Agens Pengendali Hayati akan menekan dampak negatif dari penggunaan bahan kimia sintetik.
"Sehingga dapat tercipta sistim budidaya pertanian yang sehat dan lebih ramah lingkungan serta terjaganya ekosistem pertanian yang berkelanjutan," tuturnya.
Perkebunan yang berkelanjutan tanpa ada daya dukung tindakan nyata dari petani tambahnya, mustahil bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
Komentar Via Facebook :