Home / Opini / Bangga Menjadi Anak Singkong Food Estate Is Not Real Estate
Bangga Menjadi Anak Singkong Food Estate Is Not Real Estate
Oleh: Agung Marsudi Duri Institute
katakabar.com - "Aku suka singkong, kau suka keju". Aku anak singkong. Apa salahnya, kubangga itu. Sebab kata Pinkan Mambo, suaminya bisnis singkong omsetnya triliunan. Dan Pak Chairul Tanjung, si anak singkong jadi konglomerat.
Ketika mendengar food estate singkong disinggung-singgung di debat capres, sebagai anak singkong, saya jadi ikutan baper. Betapa tidak, untuk urusan singkong, saya harus menempuh jarak jauh dari Sragen ke Jogorogo, Jawa Timur, hanya untuk 'kulakan' beberapa karung singkong.
Menghadapi era nasakong, sebagai bangsa kita butuh stamina kingkong. Harus berani, agar tidak terjebak arus kong dikalikan kong. Makanya, saya getol makan singkong, jualan singkong, kampanye singkong. Betul, ketahanan pangan, berkaitan dengan pertahanan (singkong vs perut kosong).
Lalu kenapa, mega proyek food estate (lumbung pangan) itu heboh dan menjadi sorotan publik.
Pembangunan Food Estate atau lumbung pangan di sejumlah daerah di Indonesia menjadi proyek paling ambisius yang digagas Presiden Jokowi pada periode kedua kepemimpinannya.
Sesuai Perpres Nomor 108 Tahun 2022, food estate masuk proyek prioritas strategis. Bahkan, masuk dalam golongan proyek strategis nasional (PSN) dalam Permenko Perekonomian Nomor 21 Tahun 2022.
Tak main-main, food estate menyedot anggaran Kementerian Pertanian Rp1,4 triliun pada 2021 hanya untuk pembangunan di Provinsi Kalimantan Tengah.
Belum di 4 provinsi lain yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Papua, anggarannya tak kalah fantastis.
*Jejak singkong, bukan kingkong*
Pada tahun 2020, Presiden Jokowi menugaskan beberapa kementerian untuk menggarap Proyek Lumbung Pangan Nasional (food estate) di Kalimantan Tengah. Proyek ini ditugaskan kepada Kementerian Pertanian, Kementerian Pertahanan, Kementerian PUPR, dan BUMN.
Kementerian Pertahanan sendiri dapat jatah untuk mengelola tanaman singkong, sementara Kementerian Pertanian komoditas lainnya seperti padi. Proyek itu rencananya dikerjakan pada 2021 di atas luas lahan 30.000 hektar. Kemudian diharapkan terus meningkat 1,4 juta hektar di tahun 2025.
Pada 2021, Kemenhan pernah meninjau lokasi pengembangan Food Estate komoditi Singkong yang berada di Desa Tewaibaru, Kecamatan Sepang, Kabupaten Gunung Mas. Saat itu, pengembangan lahan food estate singkong baru 634 ha dan yang sudah ditanami singkong seluas 32 ha.
Pada 2023, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (pengganti Syahrul Yasin Limpo) memastikan program food estate di Kalimatan Tengah terus berjalan. Mentan Andi Amran Sulaiman bersama Wamenhan M. Herindra meninjau kegiatan food estate berupa tanaman jagung di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Pengembangan food estate di Kalteng sudah berhasil tanam dan panen. Hanya saja, komoditasnya bukan singkong, melainkan jagung. Amran mengatakan lahan food estate di Kalteng telah berkembang hingga 600 hektar.
"Food estate ini untuk masa depan anak cucu kita, untuk generasi kita ke depan. Ini adalah kontribusi kita dalam memberi pangan masyarakat dunia. Ini mimpi besar kita, mimpi besar Bapak Presiden, juga mimpi besar Kemenhan. Saya optimis karena semua on progres, saya optimis segera bisa ditangani," kata Amran dalam keterangan tertulis kepada media (11/12/2023).
Laporan selesai.
Lalu kata dosen saya, waktu kuliah di fakultas kehutanan UGM dulu. Kehebatan singkong dibandingkan tanaman lain adalah mudah dibudidayakan, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, mampu bertahan pada kondisi kekurangan air, bahkan dapat berproduksi dengan baik di tanah yang miskin hara.
"Terus cerita singkongnya kemana nih?"
Cerita food estate singkong, kita tinggalkan dulu. Sebaiknya kita cerita real estate. Sebab kita jadi mengerti istilah variabel independen meliputi inflasi, suku bunga dan nilai tukar rupiah serta variabel dependen yaitu indeks harga saham sektor properti dan real estate.
"Cerita singkong, untuk mengganjal perut kosong saja tak dong!"
Bagaimana mengikuti jejak heroik Tan Malaka, "Nar de Repulik Indonesia".
Komentar Via Facebook :