Home / Lifestyle / Bolu Sawit di Rang Kayo Hitam
Bolu Sawit di Rang Kayo Hitam
Datanglah ke jalan Rang Kayo Hitam di kawasan Bungo Timur, Kecamatan Pasar Muaro Bungo, Kabupaten Muaro Bungo, Provinsi Jambi.
Di sebelah kanan sebelum Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU), Anda akan menengok tulisan cantik berwarna putih susu; Angel Bolu Sawit.
Meski toko itu kelihatan mungil, namun begitu Anda melangkah ke dalam, Anda akan disuguhi pemandangan yang langsung bikin ngiler.
Sebab di etalase yang sengaja di pajang di bagian tengah ruangan toko sepanjang sekitar 10 meter itu, telah menanti suguhan bolu sawit dengan topping yang beragam rasa. Mulai dari rasa nanas, coklat hingga tiramisu, ada.
Lalu di kiri-kanan ruangan, bertengger kemasan Kikrinx, bolu kering yang varian rasanya ada dua; coklat dan keju. Kikrinx ini adalah bolu kering yang dibikin kayak bagelen. Renyah. Keripik ada juga, termasuk selai.
Soal harga, Anda enggak akan sampai mengernyitkan kening. Sebab untuk satu loyang bolu, harganya cuma Rp60 ribu. Sebungkus Kikrinx hanya dibanderol Rp10 ribu dan sebotol Selai hanya Rp30 ribu. Murah! Padahal kemasannya sudah dibikin eksklusif.
Semua makanan yang sontak menggugah selera ini, terbuat dari adonan sari pati buah kelapa sawit dicampur tepung. Perbandingannya, satu bagian sari pati, 3 bagian tepung.
Sudah sejak 10 tahun silam Iin Arlina membikin penganan berbahan baku kelapa sawit ini. Dia memulainya dari bolu.
Bermula dari keinginan kuat perempuan 55 tahun ini berinovasi soal makanan. Maklum, sejak tahun 2004, ibu tiga anak ini sudah membuka toko kue di kawasan Pasar Muara Bungo. Macam-macam kue yang dia jual.
Dari sinilah kemudian mimpi ingin punya penganan khas Muara Bungo yang bahan bakunya dari hasil bumi daerah itu, mulai muncul.
Hasratnya itu makin kuat setelah dia terinspirasi dengan penganan khas yang ada di daerah lain. Misalnya Kota Medan dengan Bika Ambonnya, Bukit Tinggi dengan Sanjay nya, Yogya dengan Bakpia nya dan Padang dengan Bingkuangnya.
Keinginannya itu mulai mendapat dukungan setelah Bupati Muara Bungo yang masa itu dijabat oleh H. Mashuri, punya keinginan yang sama. Waktu itu, Bandara Muara Bungo sudah ada, Mashuri ingin ada oleh-oleh khas Muara Bungo.
Demi mewujudkan mimpinya itu, dia undanglah semua pelaku UKMK yang ada di daerah itu. Mereka disuruh membikin inovasi.
Entah dari manalah Iin kemudian menyodorkan ide ingin membuat makanan dari sawit. "Memang, saya enggak tahu kenapa ide itu muncul. Padahal saya enggak tahu bagian mananya sawit itu yang bisa dimanfaatkan," kenangnya saat berbincang dengan Elaeis Media Group Kamis lalu.
Tapi oleh kegigihannya, bisa juga Iin mewujudkan mimpinya itu. Bahkan saat Covid mendera, inovasi barunya muncul pula. Itulah Kikrinx tadi.
"Saat Covid penjualan memang down sekali. Bahan ada, karyawan ada. Gimana caranya supaya bahan itu terpakai dan karyawan tetap bisa bekerja. Karyawan saya ada 6 orang, enggak mungkin saya berhentikan mereka," ujarnya.
Dari Yogya, anak keduanya menyarankan pula membikin Selai sawit. "Kalau hanya makan bolu, cita rasanya kurang kuat. Jadi kalau ditambah dengan Selai, akan semakin nikmat," lelaki 31 tahun ini beralasan.
Enam tahun lalu, Andre kemudian kembali ke Muara Bungo demi ikut memajukan usaha emaknya itu. Dia membenahi pemasaran dan promosi. Itu pula makanya Anda tak sulit mencari dan menengok ragam sajian Angel Bolu Sawit di media sosial.
Sampai tahun lalu kata Iin, penjualan bolu sawitnya masih lesu. Namun sejak awal tahun ini, pergerakannya sudah mulai bagus. Dalam sebulan, minimal 300 loyang Bolu Sawit, bisa terjual.
Kisah perjuangan Iin dalam membikin dan mengembangkan Bolu Sawit ini dapat Anda simak di Elaeis Magazine Edisi September 2024.
Komentar Via Facebook :