Home / Nusantara / BRIN dan Kopontren Kembangkan Jeruk di Lahan Gambut Manfaatkan Limbah Tangkos
BRIN dan Kopontren Kembangkan Jeruk di Lahan Gambut Manfaatkan Limbah Tangkos
Jakarta, katakabar.com - Kawasan Ekonomi Khusus ibu kota nusantara (IKN) di Paser, Kalimantan Timur, terbentang potensi luar biasa pengembangan ketahanan pangan.
Kolaborasi yang kokoh antara riset hortikultura dan sektor industri jadi tonggak utama menguatkan kesiapan pangan di kawasan IKN.
Rupanya, Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PRHP) Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN telah membuat Perjanjian Kerja Sama dengan Mitra Industri Kopontren Trubus Iman Kabupaten Paser dengan judul “Pengembangan Varietas Unggul Baru Jeruk Pada Lahan Pasang Surut dan Lahan Kering”.
Perjanjian itu diteken pada 31 Oktober 2022 oleh Kepala PRHP ORPP BRIN, Dr Dwinita Wikan Utami dan Ketua Kopontren Trubus, Iman Dr Daniar.
"Tujuan dari kerja sama melaksanakan pengembangan varietas unggul baru jeruk di lahan pasang surut dan kering dengan menerapkan teknologi penyediaan benih melalui Okucang (Okulasi Cangkok) sesuai lahan pasang surut," kata Utami lewat keterangan resmi BRIN, kemarin, dilansir dari laman elaeis.co, pada Senin (18/12).
Setahun berjalan, kerja sama pun membuahkan hasil pengembangan komoditas jeruk yang ditanam di lahan gambut menggunakan varietas unggul baru Siam Sinta Ponsoe, Siam Pontianak, dan Keprok RGL dengan penyediaan benih secara okulasi dan cangkok.
Inovasi teknologi disiapkan periset BRIN dipimpin Dr Anang Triwiratno dan telah menanam 4 hektar lahan jeruk dengan pembiayaan bekerja sama in kind oleh Mitra Industri meliputi persiapan lahan dan pengelolaan tanam jeruk.
Inovasi yang diterapkan mengelola tanaman jeruk, yakni penggunaan benih Okucang dan okulasi pada lahan pasang surut dan lahan kering masam, menggunakan dekomposer yang dihasilkan peneliti BRIN untuk memfermentasi limbah Tandan Kosong (Tankos) kelapa sawit dan limbah baglok jamur.
Berikutnya, mengurangi jumlah limbah Tangkos dan Baglok jamur yang dimanfaatkan untuk pupuk organik, pengendalian OPT menggunakan agens hayati entomopatogen untuk mengendalikan hama kutu sisik, dan pengelolaan budidaya yang intensif meliputi pemangkasan, pemupukan, pengairan, dan pengendalian OPT.
"Riset hortikultura inti dari upaya peningkatan kualitas dan kuantitas hasil pertanian, menghadirkan inovasi-inovasi berbasis ilmiah yang diterapkan secara langsung dalam proses produksi. Melalui keterlibatan industri, hasil-hasil riset ini diimplementasikan dengan efisien, memungkinkan pengembangan produksi jeruk yang lebih bermutu dan memiliki daya saing tinggi," jelasnya.
Pemanfaatan limbah yang melimpah di lokasi Mitra Industri, yakni Tankos kelapa sawit dan limbah baglok bekas budidaya jamur telah diolah menjadi kompos yang berperan sebagai pupuk organik.
Pengolahan limbah menjadi kompos untuk tanaman jeruk menggunakan dekomposer yang berbahan mikro organisme jamur yang dikoleksi dari lokasi lahan pasang surut dan lahan kering masam dengan kemampuan mendegradasi limbah yang mengandung lignin tinggi.
Kerja sama ini selama tiga tahun dan hasilnya diharapkan dapat menambah luas kebun jeruk pada lahan pasang surut dan lahan kering masam yang akan menambah produksi buah jeruk dari dalam negeri.
"Selama ini kita harus mengimpor sekitar 100 ribu ton buah jeruk dari beberapa negara, atau setara dengan penambahan 4.000 hektar lahan jeruk baru," tuturnya.
Fokus pada keseimbangan antara inovasi dan penerapan praktis, ucap Utami, kolaborasi ini tidak hanya perkuat ketersediaan pangan tapi merangsang pertumbuhan ekonomi lokal serta menciptakan peluang kerja bagi masyarakat setempat.
"Bila kolaborasi ini terus dioptimalkan, IKN di Paser bakal jadi lokomotif penyediaan pangan berkelanjutan dan berdaya saing," tandasnya.
Komentar Via Facebook :