Home / Nasional / Cerita Hatabosi Kearaifan Lokal dan Sawit Berkelanjutan Masuk Top 10 Nasional I-SIM
Cerita Hatabosi Kearaifan Lokal dan Sawit Berkelanjutan Masuk Top 10 Nasional I-SIM
Jakarta, katakabar.com - Hatabosi komunitas masyarakat yang mendiami Desa Haunatas, Tanjung Dolok, Bonan Dolok, dan Dusun Siranap di Desa Aek Sabaon, berada di hulu Sungai Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara.
Hatabosi sebuah kearifan lokal dari 120 tahun lampau masih memanfaatkan dan mengelola air untuk persawahan di Kabupaten Tapanali Selatan, Provinsi Sumatera Utara.
Di sana, Forum Komunikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (FoKSBI) menjalankan program Sawit Berkelanjutan.
Berkat capaian itu mengantarkan Kabupaten Tapanuli Selatan top 10 nasional integrated Sustainability Indonesia Movement (I-SIM) for Regency Award 2023.
Itu setelah melewati proses validasi dan verifikasi lapangan. Tim juri I-SIM Award mengundang Bupati Tapani Selatan, Dolly Pasaribu ke Jakarta untuk mempersentasikan program unggulan sedang dijalankan daerahnya.
Presentasi berlangsung di Gedung Graha Surveyor Indonesia, pada Senin (30/10) lalu. Di momen itu, Dolly memaparkan integrasi pelestarian hulu hingga hilir Sungai Batangtoru lewat kearifan lokal masyarakat Hatabosi dan Program Sawit Berkelanjutan yang dijalankan Forum Komunikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (FoKSBI).
Hatabosi komunitas masyarakat yang mendiami Desa Haunatas, Tanjung Dolok, Bonan Dolok, dan Dusun Siranap di Desa Aek Sabaon. Hatabosi berada di hulu Sungai Batangtoru.
FoKSBI Tapanuli Selatam sudah berhasil membina 597 petani kelap sawit mandiri di kawasan hilir Sungai Batangtoru hingga memperoleh sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Mereka mengelola 859,51 hektar lahan sawit secara berkelanjutan.
“Terimakasih kepada panitia I-SIM yang telah memberikan kesempatan kepada Tapanuli Selatan. Inilah Hatabosi dan FoKSBI sebagaimana yang kami bersama masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya lakukan selama ini di sana,” ujar Dolly lewat keterangan resmi, dilansir dari laman elaeis.co, pada Rabu (1/11).
Hatabosi, cerita Dolly, kearifan lokal sejak 120 tahun lalu memanfaatkan dan mengelola air untuk persawahan.
“Pemanfaatan Sungai Batangtoru lewat pengaturan air Hatabosi ini mengairi sawah seluas 300 hektar. Secara otomatis moyang kami menjaga 5000 hektar hutan cagar alam Sibual-buali habitat keanekaragaman hayati termasuk satwa endemik, orang utan pongo Tapanuliencies,” jelasnya.
Menurutnya, untuk pelestarian penanaman Sawit Berkelanjutan di Kecamatan Muara Batang Toru, sekitar 33 perswn dari lebih 16 ribu hektar lahan gambut sudah ditanami sawit petani mandiri. Tapi, masyarakat bersama pemerintah tetap berkomitmen bahwa keberadaan kelapa sawit tetap menjaga kelestarian gambut.
Lahan gambut dijaga tetap basah di tengah kebun sawit yang ada. Ini menjadi solusi untuk mengatasi ketersedian air di daerah dan sangat berpengaruh pada sektor pertanian lainnya.
“Guna penjagaan lingkungan dan produktivitas sawit, masyarakat menerapkan 3R. Pertama Rewetting dengan tujuan membuat lahan tetap basah dan diatur ketinggian airnya agar akar sawit tidak tergenang. Terus, Revegetation dengan menanam jelutung di sela-sela tanaman kelapa sawit, dan Revitalitation dengan usaha masyarakat seperti ternak lele,” bebernya.
Diketahui, I-SIM adalah gerakan untuk meningkatkan akselerasi ketercapaian Sustainable Development Golds (SDGs) kabupaten dan kota pada tahun 2030 serta mendorong kapasitas pemerintah daerah untuk menerapkan standar keberlanjutan internasional.
Untuk masuk ke posisi top 10, Tapanuli Selatam bersaing dengan 400 kabupaten se Indonesia yang terdaftar dalam program I-SIM for Regencies 2023. Di mana 9 kabupaten lain yang lolos ke penjurian akhir I-SIM for Regencies 2023, meliputi Tapanuli Utara, Karo, Sinjai, Bandung, Temanggung, Bantul, Bogor, Gowa, dan Magelang.
Tim juri I-SIM 2023, yakni DR (Cand) Billy Mambrasar (duta DGs/Staf Presiden), Dr Hendricus A. Simarmata (Presiden of Indonesian Association of Urban and Regional Planners/IAP), Prof. Zuzi Anna, MSi (Direktur SDGs Center Universitas Padjajaran), dan Dr Vivi Yulaswati (Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam) selaku Ketua Tim Pelaksana Nasional SDGs.
Komentar Via Facebook :