Home / Nusantara / Harga TBS Kelapa Sawit Semakin Mengalami Penurunan, Ini Penyebabnya
Harga TBS Kelapa Sawit Semakin Mengalami Penurunan, Ini Penyebabnya
Jakarta, katakabar.com - Harga jual Tandan Buah Segar (TBS) Sawit yang dihasilkan dari panen petani sawit kian berharga murah.
Berbagai suara yang dilontarkan petani sawit melalui media massa makin sering terdengar dewasa ini. Apa penyebabnya?
Berdasarkan tren penurunan harga jual minyak sawit mentah atau CPO telah terjadi. Bahkan di penghujung tahun 2022 silam, para peramal harga CPO sudah memberikan perkiraan akan adanya tren penurunan harga jual CPO Tahun 2023 ini, begitu dilansir dari website resmi Kementan RI, pada Rabu (14/6).
Beragam upaya sudah dilakukan dari awal tahun 2023. Di mana pembatasan kuota ekspor melalui mekanisme Domestic Market Obligation (DMO) yang dilakukan Pemerintah Indonesia demi menjamin pasokan minyak goreng murah bagi masyarakat, memiliki tujuan lain pula, yakni sebagai pembatasan jumlah besaran ekspor CPO.
Merujuk kepada hukum pasar, bila keberadaan jumlah barang terbatas harga jual barang akan cenderung naik mengikuti permintaan pasar.
Lantaran sebagai komoditas ekspor, permintaan pasar global saat ini memang cenderung stagnan atau menurun. Di samping itu, krisis ekonomi masih melanda beberapa negara tujuan ekspor CPO dan produk turunannya.
Pusat Data Bisnis (PDBI) menganalisa beberapa hubungan sebab akibat, di beberapa negara tujuan ekspor mengalami penurunan permintaan CPO dan produk turunannya, seperti permintaan pasar Cina atau Tiongkok sebagai negara tujuan ekspor terbesar kedua setelah India.
Keberadaan perekonomian Cina mulai mengalami perlambatan dari akhir Tahun 2022 lalu, lantaran banyak negara konsumen produk Cina telah menurunkan permintaannya.
Alhasil, perekonomian Tiongkok ikut mengalami perlambatan. Sehingga secara otomatis, konsumsi dan permintaan impor juga ikut menurun. Hukum sebab dan akibat melekat pada kondisi ekonomi Tiongkok saat ini.
Pengaruh besar dihadapi perdagangan CPO dan produk turunannya, lantaran permintaan pasar Tiongkok menurun, maka pasokan CPO yang meningkat, menyebabkan stok dalam negeri bertambah.
Fakta berikutnya, bisa dilihat dari hasil penjualan perusahaan kelapa sawit yang sudah berlabel Terbuka (Tbk), pada laporan kuartal pertama Tahun 2023, hampir semua perusahaan publik ini, melaporkan hasil penurunan penjualan, yang bersumber dari turunnya jumlah produksi CPO dan turunnya harga jual CPO.
Tentu saja kedua fakta yang berhasil dianalisa PDBI ini, menjadi bagian dari gambaran bisnis minyak sawit yang sedang lesu.
Tapi, bisnis minyak sawit juga masih mengalami hambatan dari iklim El Nino yang berakibat suhu udara lebih panas. Bisa jadi, dalam waktu dekat, berakibat pada produksi kebun sawit yang menurun.
Komentar Via Facebook :