Home / Sawit / Hasil dari Kolaborasi, Pilot Plant Fraksionasi Sulap TKKS Jadi Produk Bernilai Tinggi
Hasil dari Kolaborasi, Pilot Plant Fraksionasi Sulap TKKS Jadi Produk Bernilai Tinggi
Jakarta, katakabar.com - Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku bisnis, atau yang disebut triple helix, terbukti mampu menghasilkan hal sangat bermanfaat bagi pengembangan industri nasional.
Itu bisa dilihat melalui upaya pembentukan Pilot Plant Fraksionasi Tandan Kosong Kelapa Sawit atau TKKS sebagai konsorsium hasil kolaborasi antara Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Agro (BBSPJIA) Kementerian Perindustrian, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan PT Rekayasa Industri.
Fasilitas Pilot Plant yang berada di Bogor, Jawa Barat ini diresmikan di awal pekan ke dua Agustus 2024 lalu.
“Pilot Plant ini upaya Kementerian Perindustrian konsisten menjalankan amanat Presiden RI mengenai Hilirisasi Industri berbasis Sumber Daya Alam atau SDA, dan menumbuhkan Industri Hijau berkelanjutan, seperti pemanfaatan limbah TKKS menjadi produk-produk yang bernilai tambah tinggi,” kata Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita melalui siaran pers, dilansir dari eleais.co, Minggu (11/8).
Menurut Agus, kelapa sawit salah satu program prioritas hilirisasi industri guna meningkatkan nilai tambah komoditas ekspor. Di mana nilai ekonomi sektor perkelapasawitan hulu hingga hilir nasional mencapai lebih dari Rp750 triliun, setara 3,5 persen dari PDB Nasional pada 2023.
"Angka ini berpotensi terus bertambah melalui inovasi teknologi, dari sebelumnya berpusat pada hilirisasi minyak sawit, menjadi semakin luas, termasuk pengolahan biomassa kelapa sawit," terangnya.
Dijabarkannya, Konsorsium Pilot Plant Fraksionasi TKKS tersebut dikembangkan sesuai dengan amanat Menperin dan mempunyai nilai teknologi yang sangat strategis untuk pengembangan industri berbasis sumber daya terbarukan di masa mendatang.
Pilot Plant ini mampu menghasilkan Glukosa, Xilosa, Lignin atau GXL secara bersamaan. Glukosa prekursor pembuatan bioetanol, yakni bahan bakar nabati pencampur bensin (gasoline).
Sedang Xilosa dan Lignin, ucapnya, merupakan prekursor pembuatan Bio Fine Chemicals, yakni bahan kimia berbasis sumber daya terbarukan yang dapat diolah menjadi berbagai produk, antara lain xylitol, benzene, dan toluene.
Fasilitas Pilot Plant ini, harap Agus, hendaknya dapat dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat pemangku kepentingan industri, termasuk pengolahan biomassa kelapa sawit, yang selama ini masih terabaikan.
"Beroperasinya fasilitas ini dapat berkontribusi menyelesaikan permasalahan pengelolaan limbah dan hasil samping kebun kelapa sawit menjadi produk yang mengisi kekosongan struktur industri nasional sesuai program hilirisasi industri kelapa sawit," imbuhnya.
Harapan selanjutnya, tambah Agus, melalui program ini peningkatan nilai tambah dan diversifikasi produk turunan sawit, potensi penciptaan lapangan kerja dan peningkatan investasi nasional, substitusi impor, dan penguasaan teknologi oleh konsorsium dalam negeri.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri, Andi Rizaldi mengutarakan, penguasaan teknologi fraksionasi TKKS pada skala pilot dapat digunakan untuk meningkatkan pemanfaatan, dan optimalisasi TKKS untuk diproses dan menghasilkan prekursor bernilai tinggi seperti GXL.
Selain itu, tutur Andi, teknologi yang dihasilkan menjadi satu lisensi teknologi hasil karya anak bangsa. Keberhasilan pilot plant mengolah TKKS menjadi produk GXL dapat menambah daya saing industri kelapa sawit nasional, meningkatkan citra positif terhadap isu lingkungan, dan memperkuat serta memperdalam struktur industri nasional.
"Tugas kami selanjutnya melakukan jasa optimalisasi pemanfaatan teknologi industri oleh Badan Layanan Umum BBSPJI Agro, Bogor. Di mana jasa layanan ini dapat dimanfaatkan industri yang berinvestasi pada upaya hilirisasi dan peningkatan nilai tambah TKKS melalui benchmark, dan lisensi teknologi mekanisme Pendapatan Negara Bukan Pajak," sebutnya.
Komentar Via Facebook :