Home / Sumut / Kejayaan Kelapa Sawit Kian Redup di Sumut Masihkah Berkelanjutan?
Kejayaan Kelapa Sawit Kian Redup di Sumut Masihkah Berkelanjutan?
Medan, katakabar.com - Sedari dulu, kelapa sawit selalu jadi komoditas andalan Provinsi Sumatera Utara. Tapi kini masa kejayaan kelapa sawit di provinsi beribukota Medan ini kian redup.
Itu disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sumatera Utara, Firsal Ferial Mutyara saat menjadi pembicara di seminar nasional bertema "Daya Tahan Ekonomi Nasional dan Regional Sumatera Utara di Tengah Ketidakpastian Global" yang dihelat Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara (IKAFEB USU) di Gedung Bank Indonesia, pada Sabtu (26/8) wekeend lalu.
Kata Firsal, Sumatera Utata saat ini bukan lagi menjadi pemain utama kelapa sawit. Apalagi harga komoditas ini terus mengalami penurunan ke depan.
"Sumatera Utara dan Aceh sekarang hanya bisa memproduksi enam juta ton kelapa sawit sepanjang tahun. Kalah dengan Riau yang memproduksi kelapa sawit 10 juta ton," ulas Firsal dilansir dari laman nusantara.rmol.id, pada Rabu (30/8).
Padahal, sambung Firsal, perkebunan Sumutera Utara masih mengandalkan kelapa sawit. Tapi berbagai kondisi sebabkan komoditas ini seakan terus menurun di 'Kota Melayu Deli' nama lain dari Sumatera Utara.
“Sekarang kita jadi follower. Itu bisa dilihat dari massifnya industri downstream di Riau lantaran bahan baku mereka terpenuhi.”
Di tengah situasi global yang kelihatannya tidak begitu mendukung harga komoditas ini, Firsal berharap perkebunan kelapa sawit agar mendapat perhatian dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara.
“Di Thailand beberapa waktu lalu saya diundang oleh Jerman untuk bicara soal kelapa sawit. Mereka tanya, apakah industri ini sustainable. Saya jawab sustain. Kalau tidak sustain, mana mungkin Unilever, P&G dan industri lain berlomba masuk ke bisnis ini,” tegasnya.
“Kami empat generasi di bisnis ini dan kelapa sawit sebenarnya yang paling sustain dan cocok di Sumatera Utara. Itu pula sebabnya dibutuhkan proses peremajaan sawit yang harus berdampak signifikan,” jelasnya.
Masih Firsal, sekarang harga kelapa sawit memang sedang bergerak stabil. Itu disebabkan berkurangnya produksi Malaysia yang mengalami penurunan menjadi 20 juta ton.
“Bila kemudian mereka kembali ke produksi semula dikhawatirkan harga turun. Perlu diingat kelapa sawit adalah salah satu penyumbang utama devisa kita,” sebutnya.
Komentar Via Facebook :