Home / Sawit / Mantap! Bikin Karya Tulis Limbah Cangkang Sawit Mahasiswa Umsida Juara 2 LKTI Nasional
Mantap! Bikin Karya Tulis Limbah Cangkang Sawit Mahasiswa Umsida Juara 2 LKTI Nasional
Surabaya, katakabar com - Mahasiswa program studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), Jawa Timur, raih juara 2 Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Nasional yang digelar Perhimpunan Mahasiswa Mesin Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU).
Karya tulis tersebut berjudul ‘Pemanfaatan Energi Biomassa Limbah Cangkang Kelapa Sawit Menjadi Briket Sebagai Bahan Bakar Alternatif’.
Topik tersebut dipilih lantaran para mahasiswa menyadari potensi limbah kelapa sawit, yakni cangkang sawit, yang banyak terbuang setelah proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) sawit menjadi Crude Palm Oil atau CPO.
Awalnya para mahasiswa ini menelisik potensi yang banyak ditemui di daerah Sumatera karena lomba dilaksanakan di sana. Akhirnya tercetuslah ide karya tulis ini yang berhasil menarik atensi para juri.
"Di Indonesia banyak ditemui perkebunan kelapa sawit dan banyak industri di bidang sawit. Banyak yang membiarkan cangkang menggunung tanpa dimanfaatkan dengan baik. Makanya kami berinisiatif untuk membuat briket arang dari cangkang kelapa sawit,” kata Krisna Dwi Oktavian, ketua tim peneliti, lewat keterangan resmi Umsida, dilansir dari laman EMG, Selasa (17/9).
Limbah cangkang sawit, ujar Krisna, bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif seperti pengganti gas elpiji untuk memasak. Jika diproduksi secara massal, briket cangkang sawit bisa menjadi pengganti bahan bakar fosil pada PLTU.
Diceritakan Krisna, proses pembuatan briket ini gampang-gampang susah. Pertama-tama, cangkang kelapa sawit dikeringkan. Lalu, dibakar untuk membantu proses pengarangan.
“Jika sudah menjadi arang, ditumbuk hingga menjadi serbuk," urai mahasiswa semester empat ini.
Serbuk tersebut, ulas Krisna, dicampurkan dengan bahan perekat yang berasal dari tepung tapioka (kanji) lalu dicetak dengan cara ditekan (press) hingga membentuk briket. Setelah itu, lanjutnya, dipanaskan dalam oven untuk mempercepat proses pembekuan.
"Kalau dengan proses pengeringan manual menggunakan panas matahari saat musim kemarau, pembuatan briket memakan waktu sekitar lima hari," bebernya.
Hal membuat briket ini, Krisna dan timnya mulai melakukan percobaan sejak dua bulan sebelum lomba LKTI dilaksanakan. Pada suatu percobaan, mereka pernah gagal saat pengolahan briket karena proses pembakaran yang kurang sempurna akibat cangkang yang masih mengandung minyak.
“Step paling sulit dalam pengolahan cangkang ini adalah saat pembakaran. Lantaran belum membuat drum pembakarannya, jadi kami hanya menggunakan drum kecil untuk menyiapkan produk ini. Hal itu membuat pembakaran cangkang tidak merata dan kurang kering," ucapnya.
Inovasinya ini, harap Krisna, bisa dikembangkan dan dimanfaatkan dalam skala yang lebih luas karena briket cangkang kelapa sawit cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif agar manusia tidak terus bergantung pada energi fosil.
Saat mempresentasikan karya mereka di depan juri secara offline, M Feri Setiawan selaku presenter kelompok mendapatkan respon positif dengan beberapa evaluasi.
"Saya dipercaya mewakili tim untuk melakukan presentasi di UMSU. Ada beberapa hal yang perlu dievaluasi, seperti proses pengepresan dari arang menjadi bentuk briket dan proses pengeringan," sebutnya.
Dari evaluasi tersebut, kata Feri, kami akan melanjutkan inovasi ini menjadi lebih baik dan memberi manfaat secara luas.
Dosen pembimbing tim ini, Dr Prantasi Harmi Tjahjanti, ikut berkontribusi atas raihan prestasi para mahasiswa ini. Berhubung kelapa sawit bukanlah komoditas utama di Jawa Timur, namun para mahasiswa mencari topik yang relevan dengan lokasi lomba, maka Prantasi membiayai pengiriman sampel tersebut dari Sumatera untuk diolah di kampus Umsida.
“Saya mendapatkan informasi dari mahasiswa saya yang menemukan banyaknya limbah cangkang kelapa sawit. Lalu, saya bawa ke mereka untuk diolah. Intinya difasilitasi bagaimana mereka berkreasi dan berinovasi, jadi tak hanya kuliah saja. Saya lebih senang mahasiswa seperti itu," timpal Harmi.
Ke depan, harap Harmi, mahasiswa bisa mengembangkan inovasi ini sebagai Refuse Derived Fuel (RDF) dan khusus Boiler Fluidized Bed Combustion (FBC).
Komentar Via Facebook :