Home / Opini / Nikmatnya, Gali Lubang Tutup Lubang Berpolitik dengan Uang, Bernegara dengan Utang
Nikmatnya, Gali Lubang Tutup Lubang Berpolitik dengan Uang, Bernegara dengan Utang
Oleh: Agung Marsudi Duri Institute
katakabar.com - Ajakan teman dan handai taulan untuk family gathering, merayakan Tahun Baru 2024 di Sukabumi saya tolak. Meski sudah disiapkan sederet pesta mewah (mepet sawah). Saya memutuskan untuk menuntaskan dua buku penting karya Salamudin Daeng, berjudul Uang Kotor & Politik serta Transisi Energi Berdaulat atau Sekarat
Pada 26 Desember, empat hari yang lalu, saya menulis catatan kecil berjudul Negara Gali Lubang Tutup Lubang. 8.000 Triliun utang menunggu, presiden baru.
Pada akhir November 2023, nilai total utang pemerintah Indonesia sudah mencapai Rp8.041,01 triliun (Laporan Kementerian Keuangan bertajuk APBN Kita edisi Desember 2023)
Berapa utang BUMN sekarang?
Tak cukup, masih ada lagi utang lain, yang tentu tidak dibuka ke publik yaitu beban utang BUMN. Utang BUMN mencapai 6.640 Triliun. Sebesar 3.600 Triliun adalah dana pihak ketiga di bank, senilai 3.100 Triliun adalah utang langsung BUMN kepada bank, lembaga keuangan, obligasi pasar keuangan (Salamudin Daeng, hal. 82-85, Karut Marut Utang BUMN, Uang Kotor & Politik).
Jika utang BUMN adalah 6.640 Triliun adalah utang pemerintah, maka jika ditambah dengan utang pemerintah murni sebesar 6.900 triliun, maka secara keseluruhan beban utang di bawah tanggungan pemerintah mencapai 14.540 Triliun.
Pertanyaan orang awam seperti saya, utang BUMN yang begitu besar itu BUMN yang mana saja, untuk apa, kemana saja? Berapa sesungguhnya pendapatan BUMN milik kita?
Lebih besar mana, antara pendapatan dan 'tambahan utang'?
Aromanya, begitu BUMN disuntik, justru oligarki yang metik. Seperti doping, politik, suntik, asik! Nikmatnya gali lubang tutup lubang. Kepada rakyat, janji kesejahteraan dibayar dengan utang. Berpolitik dengan uang, bernegara dengan utang. Tanyakan kepada Anies, Prabowo, Ganjar, mereka bisa apa, apa bisa?
Masih bisa tidur nyenyak kah Menteri BUMN, Menteri Keuangan, Presiden ketika penderitaan, berubah menjadi jeritan. Rakyat butuh sesuap nasi, tapi dipaksa membaca, Neraca Rugi Laba.
Sebab soal utang, tak mungkin jawabnya ditanyakan kepada 'rumput yang bergoyang'!
Komentar Via Facebook :