Home / Sawit / Pakai Bibit Unggul dari Asian Agri, Petani Riau Sukses Berkebun Sawit
Pakai Bibit Unggul dari Asian Agri, Petani Riau Sukses Berkebun Sawit
Pekanbaru, katakabar.com – Radius saat ini menjadi salah seorang petani sawit sukses di Desa Sotol, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau. Awal berkebun sawit, dia hanya punya lahan 5 hektar. Dari hasil kebun tersebut, dia bisa membeli lahan dan sekarang punya kebun sawit seluas 31 hektar.
Kesuksesan Radius tak lepas dari kemitraan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Asian Agri. Sejak awal berkebun tahun 2012, dia menggunakan bibit Topaz produksi perusahaan tersebut.
"Saat membuka kebun, saya bertemu dengan salah satu tim Asian Agri yang mengenalkan bibit tersebut. Saya langsung membeli Topaz. Sejak menanam, saya selalu mendapat pendampingan dari perusahaan agar hasil panen saya dapat mencapai potensi maksimal," ungkapnya saat menghadiri Halal-bihalal Asian Agri bersama Insan Pers Riau, Selasa (7/5).
Menurutnya, saat berumur 4 tahun, dia sudah mendapatkan hasil panen sebanyak 2,5 ton per hektar per bulan. Setelah di atas umur 6 tahun, produksinya mencapai 3 hingga 3,5 ton per hektar per bulan. "Saya puas dengan hasil kebun saya," ujarnya.
"Biasanya perusahaan tak menerima buah dari tanaman berumur 4-5 tahun karena beratnya kurang dari 5 kg. Tapi buah dari kebun saya diterima, tak ada disortir sama sekali," ujarnya.
Saat ini adik-adik Radius juga menanam Topaz di kebun mereka. "Karena mereka melihat saya berhasil," tukasnya.
Ketua KUD Bhakti Mandiri di Desa Bukit Harapan, Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten Siak, Riau, Muhammad Sukron, juga memutuskan bermitra dengan Asian Agri untuk program replanting.
Tahap pertama replanting dilakukan untuk kebun sawit seluas 386 hektar, sedang untuk tahap kedua rencananya seluas 200 hektar." Dan salah satu kebun yang sudah replanting, saya menggunakan bibit unggul Topaz. Program kemitraan dengan Asian Agri memudahkan saya dan anggota KUD untuk mendapatkan akses bibit unggul tersebut," sebutnya.
Dia mengaku sangat puas dengan hasil panen setelah replanting. "Saat ini usia tanaman sudah berumur 43 bulan setelah tanam. Panen perdana dilakukan pada usia 30 bulan, saat itu kami sudah mendapatkan produksi rata-rata 1,6 ton per hektar per bulan," paparnya.
"Dari hasil ini, kami gunakan untuk membantu pembiayaan pembangunan kebun kelapa sawit untuk program replanting, sehingga kami dapat mengurangi beban pinjaman ke bank,” sambungnya.
Sementara itu, Regional Head Riau Asian Agri, Pengarapen Gurusinga yang menjelaskan bahwa kemitraan perusahaan dengan petani dilandasi oleh filosofi 5C (Community, Country, Climate, Costumer, dan Company). Filosofi itu pula yang melandasi komitmen perusahaan untuk membangun operasi yang berkelanjutan serta visi Asian Agri 2030 yang berfokus pada empat pilar strategis.
”Keempat pilar tersebut adalah kemitraan dengan petani, pertumbuhan inklusif, iklim positif, serta produksi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan," jelasnya.
"Asian Agri akan terus mendukung industri kelapa sawit melalui pengembangan bibit unggul Topaz yang sudah teruji dan terbukti, karena merupakan hasil dari riset dan pengembangan puluhan tahun,” sambungnya.
Head of Plant Breeding Asian Agri, Yopy Dedywiryanto memberikan penjelasan bahwa Topaz merupakan bibit sawit unggul yang sudah teruji dan terbukti dapat meningkatkan produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) dan juga tahan terhadap penyakit Ganoderma.
“Sejak tahun 1992, Asian Agri telah menyeleksi dan juga terus menyilangkan indukan Dura dan Pisifera terpilih dari Costa Rica (gen-1). Pada tahun 1996-1998, fasilitas Oil Palm Research Station (OPRS) Asian Agri memulai penanaman indukan Dura dan Pisifera terpilih di kebun benih Topaz, diikuti dengan uji persilangan generasi satu DxPnya. Oleh karena itu, bibit Topaz ini telah melewati hasil penelitian intensif selama puluhan tahun di fasilitas kami,” paparnya.
Prestasi ini mengantarkan OPRS Topaz berhasil memperoleh izin pelepasan Varietas Topaz 1, 2, 3, dan 4 pada 16 Januari 2004, sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia.
“Dengan pengujian persilangan generasi dua yang intensif, saat ini Topaz hanya memproduksi persilangan-persilangan yang teruji dan terbukti memiliki potensi produksi 24 ton TBS/Ha pada TM (Tanaman Menghasilkan) 1 dan rata-rata 38 Ton TBS/Ha pada TM3 sampai dengan TM6 dengan potensi OER (Oil Extraction Rate) 29%,” bebernya.
“Topaz adalah bibit sawit yang sudah teruji dan terbukti. Oleh karena itu, bibit ini sudah seyogyanya menjadi andalan para petani kelapa sawit. Bibit unggul Topaz ini tidak hanya unggul dalam hal kuantitas produksi, tetapi juga tahan terhadap penyakit Ganoderma. Ketahanan ini telah dibuktikan dengan diperolehnya izin pelepasan Varietas Topaz GT oleh OPRS Topaz pada tanggal 1 Februari 2019 sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia,” tambahnya.
Komentar Via Facebook :