Home / Opini / Pilkada Asimetris
Pilkada Asimetris
Oleh: Agung Marsudi
katakabar.com - Syarat jadi pengusaha warteg itu sama dengan syarat menjadi presiden. "Harus orang Jawa!" Karena kalau presiden bukan orang Jawa, "ngegorengnya" kurang mantap.
Begitu potongan monolog stand up komedi, yang membuat suasana pecah di acara Great Forbidden Show.
Sebuah satire politik, atau penampilan "ngeroasting" memang lebih renyah jika dilakukan oleh para komedian stand up. Mengalir, berani dan tanpa beban. Roasting sendiri berasal dari kata "roast" yang berarti memanggang. Jadi lebih dari sekedar "menggoreng-goreng".
Meski di balik panggung, penyiapan materi sangat memeras otak. Memaksa orang tertawa itu tidak mudah. Mungkin lebih mudah memobilisasi orang untuk mencoblos, karena tergiur ongkos.
Setelah Ahad malam (22/9) KPU Bengkalis dalam Rapat Pleno Tertutup telah resmi menetapkan pasangan Syahrial, ST., M.Si-Andika Putra Kenedi, ST dan Kasmarni, S.Sos., MMP-Dr H Bagus Santoso sebagai pasangan calon bupati dan wakil bupati Bengkalis tahun 2024.
Hari ini Senin (23/9) dilanjutkan dengan kegiatan Pengundian Nomor Urut Paslon yang akan dilaksanakan di Gedung Daerah Datuk Laksamana Raja Dilaut.
Dalam pertandingan, mencabut nomor undian sering menjadi bagian yang juga menegangkan. Tapi karena calonnya hanya dua pasang. Ketegangan bisa berubah menjadi hiburan, sebab mengundi nasib dengan anak panah, tidaklah bertuah.
Dalam geopolitik dikenal istilah perang asimetris. Fenomena pilkada Bengkalis 2024 dimana "head to head" KBS versus SANDI, kekuatan 10 partai politik melawan 1 partai politik, adalah pertandingan asimetris.
Terlalu besar biaya yang dikeluarkan untuk menang. Penyelenggara, peserta, pengawas, pengaman, pemilih, penonton, penggembira berada di titik yang sama (pendulum menang)
Politik selalu menyisakan ambisi, seperti api memakan kayu bakar.
Komentar Via Facebook :