Home / Opini / Psikologi Nomor Urut
Psikologi Nomor Urut
Oleh: Agung Marsudi
katakabar.com - SENIN (23/9) tahapan Pilkada Serentak memasuki pencabutan nomor urut. Karena kontestan di pilkada Bengkalis hanya dua pasang, KBS dan SANDI. Dipastikan hanya dua nomor, yakni 1 dan 2.
Siapapun, aura nomor urut 1 menjanjikan, menyenangkan. Memudahkan, memberi laluan dan harapan. Misal soal iklan para kandidat ketika kampanye di komunitas Jawa, angka satu bahasa Jawanya "Siji". Sehingga taglinenya cukup, "Ojolali KBS Nomer Siji" atau "Ojolali SANDI Nomer Siji".
Karakter psikologi pemilih di negeri junjungan, masih didominasi pemilih emosional yang menentukan pilihannya berdasarkan suka atau tidak suka (like or dislike).
Menjadi pemilih rasional memang berat, butuh motivasi kuat untuk melakukan, dan kemampuan untuk membandingkan gagasan dari setiap pasangan.
Belum banyak literatur politik yang menyajikan bahwa warga memilih lebih disebabkan oleh visi misi dan janji. Kampanye atau debat kandidat lebih sebagai acara prosedural, bukan substansial, yang mengarah langsung pada daya tarik elektoral. Selebihnya hanya "show of force".
Fenomena politik dinasti memang lagi ramai dibicarakan di seantero negeri. Dikutip dari laman Mahkamah Konstitusi, politik dinasti merujuk pada sebuah kekuasaan politik yang dijalankan oleh sekelompok orang yang masih terkait dalam hubungan keluarga.
Dalam buku Politik Lokal & Otonomi Daerah (2014), Leo Agustino menjabarkan politik dinasti sebagai “kerajaan politik” yang elite politiknya menempatkan keluarga, saudara, dan kerabatnya di beberapa posisi penting pemerintahan.
Apakah realitas kekuasaan di pemerintahan Kabupaten Bengkalis sudah mengarah ke politik dinasti atau tidak, masyarakat bisa menjawab sendiri.
Pilih: Teh es, atau kopi. KBS atau SANDI.
"Keep Going!"
Komentar Via Facebook :