Home / Nusantara / Tentang Tanpa Minyak Sawit, Tanpa Kehidupan di IPOC Nusa Dua
Tentang Tanpa Minyak Sawit, Tanpa Kehidupan di IPOC Nusa Dua
Nusa Dua, katakabar.com - Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman terbilang berani melontarkan statemen di acara Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2023 di Nusa Dua, Bali, pada Kamis (2/11) kemarin.
'Tanpa Minyak Sawit, Tanpa Kehidupan (No Palm Oil, No Life),' pekik Eddy Abdurrachman saat menjadi salah satu pembicara di acara yang dihadiri ribuan orang lebih itu.
Bahakan, Eddy sapaan akrab Dirut BPDPKS ini, menjadikan pekikannya jadi slogan mengkampanyekan sawit baik.
Ia menilai kalimat 'No Palm Oil, No Life' sangat relevan dengan kenyataan, minyak kelapa sawit minyak nabati paling serbaguna di dunia, begitu dilansir dari laman website resmi BPDPKS, pada Jumat (3/11).
Dibilang Eddy, minyak sawit paling produktif dengan penggunaan lahan paling sedikit pada setiap ton yang dihasilkannya.
“Bayangkan, produk dari minyak sawit diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup penduduk dunia, mulai dari bahan makanan, kosmetik, perawatan tubuh lainnya serta energi yang ramah lingkungan,” jelasnya.
Direktur Jendral Energi Baru dan Terbarukan (EBTKE) Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yudo Dwiananda Priadi menuturkan, bioenergi, termasuk biofuel, memainkan peran yang penting.
Khususnya, ulas Yudo, dalam usaha Indonesia untuk mencapai target transisi energi untuk mencapai nol emisi atau zero emmission.
“Saat ini target emisi sudah mencapai 30 persen dan bioenergi sebagai kontributor utama dalam mencapai target tersebut,” kata Yudo.
Program mandatori biodiesel, ulas Yudo, salah satu kunci mencapai penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia. Untuk mencapai target zero emission, di masa depan Indonesia membutuhkan lebih banyak pasokan kelapa sawit.
“Sebagai program mandatori, implementasi biofuel melalui B35 pada 2023 memiliki alokasi dari domestik sebesar 13.15 juta kilo liter,” bebernya.
Terus, harap Yudo, dapat mencapai 13.9 juta kilo liter pada 2025. “Hingga September 2023, kontribusi domestik dalam B35 sudah mencapai 8,9 juta kilo liter (68 persen) serta yang diekspor telah mencapai 121.000 kilo liter,” terangnya.
Selain biodiesel, Yudo menjabarkan, Indonesia kini tengah mengembangkan penggunaan energi terbarukan lainnya yang berbahan kelapa sawit.
Baru-baru ini, maskapai Garuda Indonesia yang merupakan milik pemerintah telah menguji coba bahan bakar pesawat terbang atau bioavtur yang merupakan hasil dari penelitian Pertamina dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Tes sudah mulai dilakukan dengan pencampuran 2.4 persen bioavtur dalam komposisi bahan bakar pesawat CN-235-220 FTB dan berhasil. Produksi biovatur secara masif akan dilaksanakan pada tahun 2026,” tandasnya.
Komentar Via Facebook :