Home / Nasional / Pekebun Cemas di Kalteng Ulah Penjarahan TBS Sawit 'Merajalela'
Pekebun Cemas di Kalteng Ulah Penjarahan TBS Sawit 'Merajalela'
Kotawaringin Timur, katakabar.com - Petani kelapa sawit cemas dan pusing tujuh keliling di Kalimantan Tengah, persisnya di Seruyam dan Kota Waringin, dengan merajalelanya aksi pencurian Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit.
Lantaran penjarahan TBS Kelapa sawit, pekebun kelapa sawit alami kerugian cukup besar hampir puluhan bahkan ratusan juta per bulan, belum termasuk kerugian rusaknya tanaman disebabkan buah yang dininja belum matang.
Petani Sawit Sawit asal Kalimantan Tengah sebut saja JMT Pandiangan menuturkan, jumlah Tandan Buah Segar (TBS) sawit yang dicuri dari kebunnya mencapai 6 ton per bulan. Dari jumlah itu, nilai kerugian diperkirakan mencapai puluhan juta hingga ratusan setahun mesti ditanggung.
“Kebun saya di Kotawaringin Timur hampir tiap bulan mengalami pencurian buah, bahkan terindikasi penjarahan melibatkan banyak orang. Persoalan ini sudah terjadi sejak tiga tahun lalu, ironinta menjelang akhir tahun makin marak," ujarnya dilansir dari laman agrofarm.co.id, pada Sabtu (2/12).
Kata JMT, tidak hanya kebun perusahaan yang dijarah tapi kebun masyarakat petani dihajar oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, seraya mengatakan kebunnya berlokasi di Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
"Pendapatan petani ikut tergerus bahkan mengancam keberlanjutan produksi TBS sawit, lantaran aksi penjarahan. Apalagi, mereka yang menjarah merusak pohon, sebab yang diambil itu buah belum matang. Akibatnya, kerugian pun jauh lebih besar. Kami beberapa kali sudah pernah menangkap pencurinya tapi tidak jera,” jelasnya.
JMT Pandiangan meminta aparat penegak hukum bertindak lebih tegas terhadap aksi pencurian yang mengarah penjarahan buah sawit baik di kebun perusahaan dan petani masyarakat. Aksi tidak dapat dikategorikan Tindak Pidana Ringan (Tipiring) melainkan sudah mengarah kriminalitas yang melibatkan banyak orang dan terorganisir.
“Kami minta aparat tegas, petani sudah resah dan pendapatan mereka jelas semakin berkurang. Kalau ini dibiarkan, kasihan nasib petani masyarakat yang mengelola kebun,” imbuhnya.
Tokoh pemuda asal Seruyan, Kalimantan Tengah, Afner Juliwarno menimpali, gerombolan pencuri buah sawit saat ini bak wabah, sebab dilakukan orang ratusan bahkan ribuan orang.
“Mencuri itu ribuan orang. Aksi pencuriamn itu siang hari. Pencurian massal ini. Sekarang banyak kebun masyarakat yang dicuri. Mereka babat kebun masyarakat kalau kebun perusahaan diperketat,” ulas Afner lewat ponselnya di penghujung November 2023 lalu.
Menurutnya, polisi sejatinya sudah beberapa kali menangkap gerombolan para pencuri buah sawit kebun perusahaan. Hanya saja, ucap Afner, polisi kerap membebaskan pencuri lantaran permintaan perusahaan yang merasa terintimidasi oleh rekan-rekan pencuri. Padahal, mereka sudah mencuri berton-ton TBS sawit.
“Semua sudah tahu, siapa-siap pencuri. Tapi, ada beberapa pertimbangan dari kepolisian, masyarakat yang mengaku rekan yang mencuri ini bergerombol datang, mengancam kalau tidak dilepaskan teman-temannya bakal menghancurkan kantor pos-pos perusahaan,” terangnya.
Para pencuri itu, ungkap Afner, rata-rata bukan berasal masyarakat yang ada di sekitar kebun sawit. Tapi, mereka berasal dari wilayah luar kecamatan bahkan di luar Kabupaten Seruyan. Saya pastikan, rata-rata pencuri bukan asli suku Dayak.
“Biasa mereka membawa nama adat, Dayak itu bisa diselidiki, sebab pencuri ini tidak terkait dengan adat atau pun Dayak. Ini murni kriminal,” tegasnya.
Mirisnya lagi, sambung Afner, motif gerombolan pencuri sawit bukan desakan ekonomi, melainkan untuk konsumsi narkoba. Untuk itu, mendesak polisi untuk menindak para pengedar narkoba yang ada di Seruyan.
“Masyarakat mencuri itu bukan untuk makan tapi untuk sabu. Saya pastikan itu bukan untuk kebutuhan ekonomi,” jelas Afner.
Ketua DPD LSM LIRA Seruyan, Afner mengaku khawatir mengancam sawit-sawit petani mandiri dan masyarakat sekitar perkebunan sawit.
“'Pencurian' menurun ke anak cucu mereka, itu menjadi karakter. Wilayah kita nanti bakal terkenal dengan orang orang yang mencuri. Kita tidak mau begitu,” harap Afner.
Kepada aparat hukum agar tidak hanya menangkap para pencuri sawit, Afner menyarankan, tapi tngkap penadah-penadahnya. Soalnya, para penadah atau pengepul yang menampung TBS-TBS sawit hasil curian.
"Mereka membeli buah, ditampung, dan ditimbang. Jadi, buah itu dijual lagi ke pabrik. Harganya sih lumayan mahal tapi tidak terverifikasi. Mungkin satu ton, kurangnya bisa ratusan kilogram," beber Afner, memiliki kebun sawit seluas 3 hektar.
"Kami minta ke pihak kepolisian untuk menindak para pengepul buah hasil curian, jangan hanya pencurinya juga termasuk pengedar narkoba. Mereka biang keroknya,” imbaunya.
Komentar Via Facebook :