Home / Nasional / Petani Sawit Peserta PSR Hilang Pendapatan Solusinya Ekonomi Sirkular
Petani Sawit Peserta PSR Hilang Pendapatan Solusinya Ekonomi Sirkular
Jakarta, katakabar.com - Kelapa sawit komoditas unggulan di Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Di mana saat ini banyak tanaman kelap sawit milik petani umurnya sudah lebih dari 25 tahun. Otomatis, produktivitas tanaman turun lantaran umurnya sudah di atas umur produktif maksimal kelapa sawit makanya perlu dilakukanreplanting.
Soal itu, pemerintah tengah menggalakkan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) sebagai upaya meningkatkan lagi produktivitas tanaman perkebunan kelapa sawit.
Secara nasional, pemerintah menargetkan peremajaan kebun sawit milik petani seluas 540.000 hektar hingga tahun 2024. Kabupaten Kotawaringin Barat termasuk penerima alokasi anggaran untuk kegiatan replanting dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Sisi lain, proses peremajaan dampaknya tidak bisa langsung dirasakan lantaran tanaman kelapa sawit baru produksi aktif sekitar umur 4 hingga 5 tahun. Itu sebabnya, perlu hadir sumber-sumber ekonomi baru bagi petani.
Kepala Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PR SPBPDH) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Nugroho Adi Sasongko menjabarkan, pihaknya kini tengah melakukan penelitian tentang ekonomi sirkular alternatif waktu tunggu masa peremajaan sawit.
“Riset terkait optimalisasi pemanfaatan area replanting kelapa sawit untuk pengembangan jagung dan ternak unggas guna mewujudkan ekonomi sirkular bagi masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat,” kata Nugroho lewat rilis Humas BRIN, kemarin, dilansir dari laman elaeis.co, pada Kamis (30/11).
Ekonomi sirkular, ujar Nogroho, kegiatan berwawasan lingkungan di mana konsepnya pengembangan industri hijau. Model yang digunakan berupaya memperpanjang siklus hidup dari suatu produk, bahan baku, dan sumber daya yang ada agar dapat dipakai selama mungkin.
"Implementasi ekonomi sirkular di lapangan dilakukan dengan pengurangan timbunan limbah dan polusi," ulasnya.
Kegiatan penelitian yang dilakukan dengan kegiatan pertanian terpadu (integrated farming) yang berorientasi lingkungan. Apalagi, permasalahan lingkungan saat ini jadi isu yang strategis tak terkecuali pada sektor pertanian. Lingkungan suatu ekosistem harus dijaga kelestasiannya dan perubahan iklim global selalu menjadi isu sentral di bidang pertanian.
“Menyikapi dinamika itu, konsep pertanian berkelanjutan dipandang sebagai solusi dan salah satu contohnya kegiatan integrated farming yang sedang kami lakukan di Kotawaringin Barat dengan memunculkan kegiatan ekonomi sirkular pedesaan,” terangnya.
Periset PR SPBPDH, Ermin Widjaja menimpali, riset ini baru berjalan satu tahun. Idealnya, untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, setidaknya riset berjalan selama dua tahun. Tapi, hasil sementara yang diperoleh sudah dapat memberikan gambaran prospek dari kegiatan ini, tuturnya.
Lahan sela masih tersedia sangat luas di area replanting kelapa sawit bisa dimanfaatkan untuk pengembangan komoditas lain, baik berupa tanaman pangan maupun tanaman hortikultura selagi tanaman sawit belum berbuah (umur 3-4 tahun). Kegiatan ekonomi baru ini muncul selama tanaman sawit belum menghasilkan.
“Penelitian ini melakukan rintisan kegiatan ekonomi sirkular yang mampu meningkatkan pendapatan kelompok tani kelapa sawit peserta PSR lebih dari 50 persen,” jelasnya.
Rintisan kegiatan ekonomi sirkular, kata Ermin, dijadikan sebagai percontohan dengan melibatkan 20 anggota kelompok tani yang berada di Kotawaringin Barat.
“Kegiatan yang dilakukan, meliputi budidaya jagung di area replanting sawit berumur 1 tahun seluas 20 hektar. Lalu, pembuatan pupuk organik yang diperkaya dengan mikroba, dengan bahan dasar limbah pabrik kelapa sawit seperti abu boiler, solid sawit, serat perasan buah/fiber, kotoran ayam dan decomposer. Ada pula budidaya ayam petelur sebanyak 1000 ekor dengan menggunakan campuran pakan lokal untuk menekan harga pakan pabrik yang mahal,” bebernya.
Dari kegiatan itu, urai Ermin, memberikan sumber penghasilan baru untuk petani kelapa sawit yang terintegrasi dengan usaha lainnya, sehingga menghasilkan ekonomi sirkular yang menambah pendapatan petani.
"Sumber pendapatan baru itu, berupa produksi jagung, produksi telur, dan produksi pupuk organik yang memiliki pangsa pasar bagus," terangnya.
Kegiatan ini dapat dilakukan masyarakat sawit yang sudah berkelompok dan tergabung pada kelembagaan yang memiliki modal seperti KUD. Soalnya, modal yang diperlukan cukup besar untuk kegiatan replanting yang terintegrasi dengan komoditas jagung dan ternak unggas secara terpadu dan berkelanjutan, makanya memerlukan dukungan dari pemerintah.
Kegiatan ini mudah-mudahan bisa menjadi model dan direplikasi lokasi lain yang memiliki potensi yang serupa. Komoditasnya (tanaman pangan, hortikultura, peternakan, dan lain-lain) bisa disesuaikan dengan peluang kegiatan bisnis di lokasi tersebut.
Apalagi, hasil kegiatan pertanian terpadu yaitu produksi tanaman sela jagung, produksi pupuk organik dan produksi telur dari budidaya ayam petelur dengan pakan introduksi, dapat meningkatkan pendapatan lebih dari 100 persen.
Untuk mengetahui keberlanjutan kegiatan integrasi ini secara terukur, tambah Ermin, dilakukan analisis dengan menggunakan metode Multidimension Scale (MDS) dengan hasil indek keberlanjutannya masuk dalam kategori baik (good sustainability).
"Analisis dampak lingkungannya dilakukan dengan Life Cycle Assessment (LCA) dan emisi gas rumah kaca sedang dalam pelaksanaan,” imbuhnya.
Komentar Via Facebook :