Home / Sawit / Srikandi Sawit Ini Sebut Kita Mesti Berpacu dengan Waktu Kembangkan Potensi Sawit
Srikandi Sawit Ini Sebut Kita Mesti Berpacu dengan Waktu Kembangkan Potensi Sawit
Medan, katakabar.com - Srikandi sawit cerdas dan lembut bernama Aiyen Tjoa menyerukan kita mesti berpacu dengan waktu untuk mengembangkan potensi sawit untuk kehidupan lewat penelitian, tak ada lagi waktunya untuk berleha-leha.
Ajakan itu disampaikan Aiyen Tojoa dengan nada lembut tapi tegas, bukan dengan nada keras mirip dengan politisi atau orator yang kejam, saat sosialisasikan Grant Riset Sawit (GRS) Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di Medan baru-baru ini, dilansir dari laman website resmi BPDPKS, pada Selasa (27/2).
Diketahui, Aiyen Tjoa saat ini dipercaya sebagai Komite Riset dan Pengembangan BPDPKS sekaligus mahasiswa dari Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Provinsi Sulawesi Tengah. Berbicara di panggung Aula Prof. Dr Suhadji Hadibroto di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sumatera Utara (USU), Aiyen Tjoa membeberkan alasan mengapa Indonesia harus berpacu waktu mengembangankan saeit melalui penelitian.
“Di luar sana, banyak pihak yang menjelek-jelekan sawit sebagai tanaman yang minim manfaat dan banyak menimbulkan kerusakan lingkungan,” ulasnya.
Dan di luar sana pula, saat ini, kata Aiyen, sudah ada pihak yang menciptakan minyak sawit tiruan bernama C16 Biosciences minyak sawit sebanyak 50.000 liter tanpa perlu tanam sawit.
Pihak pengembang C16 Biosciences yang dimaksud Aiyen Tjoa adalah Bill Gates melalui Yayasan Bill dan Melinda Gates telah memberikan dana penelitian sebesar USF 3,5 jita untuk program penelitian tersebut.
Untuk itu, Aiyen Tjoa mengingatkan para calon peserta GRA BPDPKS untuk menyampaikan proposal penelitian yang masuk akal.
“Yang jelas manfaatnya dari penelitian itu untuk petani sawit, masyarakat luas, industri, serta pemerintah,” jelasnya.
Menurutnya, riset yang didanai BPDPKS harus bisa dipergunakan untuk industri, pemerintah, dan masyarakat dalam hal ini petani sawit.
Kepada para calon peneliti, pesa Aiyen, agar dalam proposal penelitian yang disodorkan ke BPDPKS harus memiliki novelty atau unsur kebaruan atau temuan dari sebuah penelitian.
“Penelitian dikatakan baik jika menemukan unsur temuan baru sehingga memiliki kontribusi baik bagi keilmuan maupun bagi kehidupan,” terangnya.
Jangan sampai peneliti, ucap Aiyen, dalam proposal yang disampaikan ke kami dari BPDPKS, mengutip misalnya luas kebun sawit di tahun 2015. Sedang sekarang sudah tahun 2024, sudah beda jumlahnya. Harus yang terbaru datanya.
Lantas, Aiyen mencontohkan topik penelitian apa saja yang layak diangkat oleh para peneliti dalam proposalnya, seperti biomaterial dan oleokimia, bioenergi, pascapanen dan pengolahan sawit. Persoalan lainnya, misalnya soal budidaya, lahan, dan pupuk, pangan, atau pun kesehatan.
“Dan kalau boleh saya sarankan, para peneliti sebaiknya mengajukan proposal penelitian yang berbasis minyak sawit mentah atau minyak sawit mentah (CPO),” bebernya.
Ditegaskan Aiyen, BPDPKS tidak pernah menerapkan target berapa proposal yang harus diterima dan berapa dana GRS yang harus dikeluarkan.
“Bukan, semua bukan berdasarkan hal itu. Melainkan benar-benar sebatas layak dan ilmiahkah proposal penelitian yang disodorkan ke kami,” ujar Aiyen lagi.
Apakah nanti kiranya hasil penelitian yang didanai GRS BPDPKS tersebut dapat bermanfaat bagi para pemangku kepentingan sawit! “Seperti masyarakat termasuk petani sawit, perusahaan sawit, pemerintah, dan kalangan industri, khususnya industri hilir sawit,” tandasnya.
Komentar Via Facebook :