Home / Sawit / Pengembangan Produk Hilir Sawit Strategis Topang Ekonomi Nasional
Pengembangan Produk Hilir Sawit Strategis Topang Ekonomi Nasional
Jakarta, katakabar.com - Pemerintah berkomitmen terus melakukan pengembangan hilirisasi kelapa sawit. Langkah ini dilakukan agar tidak cum terkonsentrasi ekspor bahan baku, tapi mesti mampu hasilkan produk akhir.
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menegaskan hal tersebut saat Rapat Koordinasi Nasional Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan di Jakarta, tiga hari sebelum berakhir Maret 2024.
Kelapa sawit, ulas Airlangga, telah menjadi salah satu komoditas strategis penopang perekonomian nasional. Indonesia sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia dengan total produksi lebih dari 56 juta ton dan ekspor mencapai 26,33 juta ton.
"Pada 2023 lalu, nilai ekspor kelapa sawit dan turunannya mampu mencapai USD28,45 miliar atau 11,6 persen terhadap total ekspor non migas, dan menyerap hingga 16,2 juta orang tenaga kerja langsung dan tidak langsung termasuk smallholders," jelasnya, dilansir dari laman resmi BPDPKS, awal April 2024.
Ekspor produk sawit Indonesia tersebut, kata Menko Perekonomian, telah menjangkau lebih dari 125 negara guna memenuhi kebutuhan pangan, energi, dan berbagai industri hilir lainnya.
Mempertimbangkan tingginya potensi sawit tersebut, ucap Airlangga, pemerintah terus berupaya menciptakan nilai tambah dan mengembangkan industri hilir kelapa sawit agar tidak hanya terkonsentrasi pada bahan baku, tapi mampu menghasilkan produk akhir.
“Pemerintah terus mendorong mandatori biodiesel yang saat ini sudah mencapai B35 dan sudah diujicobakan untuk B40, dan realisasi penyerapan biodiesel domestik tahun 2023 mencapai 12,2 juta kilo liter. Hal ini sangat mempengaruhi untuk menyerap penggunaan Crude Palm Oil (CPO) di dalam negeri,” beber Airlangga.
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), sebagai lembaga yang bertugas mengelola dana perkebunan kelapa sawit mendukung pengembangan produk hilir kelapa sawit ini.
Salah satu, caranya dengan melakukan penelitian dan pengembangan (Research & Development) bekerja sama dengan lembaga penelitian dan universitas. Nantinya, penelitian ini didanai BPDPKS lewat iuran pungutan ekspor yang dikumpulkan dari para pelaku usaha kelapa sawit.
Dari 2015 hingga Mei 2023 lalu, jumlah dana yang terkumpul sebanyak Rp146,56 triliun. Dari nilai itu, dana Rp519,67 miliar telah dikeluarkan untuk mendanai 293 penelitian yang dilaksanakan 37 lembaga penelitian dan 900 peneliti.
“Jadi begini, memang salah satu tugas BPDPKS memberikan dukungan pendanaan untuk pelaksanaan penelitan dan pengembangan riset yang dilaksanakan lembaga, universitas, dan peneliti. Banyak riset yang sudah kita lakukan menyangkut dari hulu sampai hilir, budi daya, pasca-panen, penerapan teknologi terkait hilirisasi bagaimana sawit berdasarkan inovasi melalui riset bisa dihasilkan komoditas hilir,” urai Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurrachman.
Inovasi bakal dilakukan, terang Eddy, sulap sawit menjadi helm hingga rompi anti peluru. Ini bisa dilakukan dengan menambahkan serat TKKS. Serat jenis ini memiliki sifat mekanis yang bagus dan dapat digunakan sebagai filler untuk meningkatkan kualitas fisik-mekanik helm proyek.
Produknya dinamakan helm ramah lingkungan atau green composite (GC).
“Contoh itu dari sawit bisa dibuat helm itu komersial, rompi tahan peluru, bioplastik, dan banyak lagi temuan, inovasi, berasal dari penelitian tadi yang menghasilkan produk hilir dari sawit yang sudah dikomersialisasikan,” kata Eddy.
Selain menjadi helm dan rompi anti peluru, bebernya, cangkang sawit bisa menjadi bahan bakar alternatif seperti batu bara. Cangkang sawit memiliki kalori tinggi sehingga bisa dijadikan breket. Cara ini bisa membuat harga (Tandan Buah Segar (TBS) naik.
Program penelitian dan pengembangan atau Litbang dan Riset perkebunan kelapa sawit dari aspek hulu hingga hilir yang dikembangkan BPDPKS salah satu upaya BPDPKS untuk melakukan penguatan, pengembangan dan peningkatan pemberdayaan perkebunan dan industri kelapa sawit nasional.
“Semakin banyak hasil penelitian yang diberikan bakal berdampak positif terhadap produk kelapa sawit Indonesia bagi petani dan di pasar global,” timpal Anggota Komite Litbang BPDPKS, Tony Liwang.
Dari riset kelapa sawit adalah adanya produk baru. “Kebanyakan orang hanya mengetahui produk sawit adalah minyak goreng,” sebutnya.
Padahal, sambung Tony, banyak produk terbuat dari bahan sawit, seperti sabun, shampo, bahkan helm sepeda motor terbuat dari serat sawit. “Hampir semua dari pohon sawit dapat menghasilkan berbagai produk hilir. Bahkan nilai tambahnya lebih banyak dari minyak sawit mentah atau CPO. Cangkang sawit misalnya banyak diekspor ke Jepang yang dapat menghasilkan filter air,” imbuhnya.
Peran BPDPKS tak hanya sampai di situ, Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Keuangan (Kemenkeu) ini aktif melakukan sosialisasi kepada pegiat usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Salah satunya dilakukan UMKM di Yogyakarta dan mahasiswa Politeknik LPP dan masyarakat umum yang digelar Maret 2024 lalu.
Dalam momen tersebut Kepala Divisi UKMK BPDPKS, Helmi Muhansyah menyatakan, salah satu capaian yang ingin diraih lewat gelaran tersebut adalah menjadikan UKMK sawit lebih baik dan naik kelas.
“Ini perlu dilakukan lantaran sawit memberi banyak manfaat dalam kehidupan kita, termasuk lewat banyaknya hilirisasi produk sawit,” katanya saat pembukaan kegiatan yang berlangsung di Auditorium LPP Yogyakarta.
Helmi menjelaskan, secara umum BPDPKS membuka peluang kolaborasi dengan seluruh pihak seperti asosiasi petani kelapa sawit, instansi pemerintah, perguruan tinggi dan pihak lain yang terkait. Ini dilakukan untuk mengenalkan, mengembangkan dan mendorong hilirisasi dan atau membuat produk-produk berbahan sawit terutama bagi pegiat UMKM.
“Itu dilakukan salah satunya agar memberi nilai tambah dan kesejahteraan bagi para pelaku industri sawit termasuk pegiat UMKM,” tandasnya.
Komentar Via Facebook :