Home / Sawit / Sumut Paling Besar Terkena Ganoderma Tanaman Kelapa Sawit, Ini Langkah Kementan RI
Sumut Paling Besar Terkena Ganoderma Tanaman Kelapa Sawit, Ini Langkah Kementan RI
Jakarta, katakabar.com - Provinsi Sumatera Utara paling besar terkena Ganoderma pada tanama kelapa sawit, sudah masuk generasi ke lima seluas 34.000 hektar.
Guna mencegah sekaligus antisipasi penyakit pangkal busuk batang disebabkan Ganoderma yang menyerang tanaman kelapa sawit.
Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia lewat Ditjen Perkebunan melakukan sejumlah langkah antisiapasi dan pencegahan,
Menurut Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma Ditjen Perkebunan, Kementan RI, Ardi Praptono dalam Simposium Internasional Ganoderma di Bandung, pada Rabu kemarin menyatakan, penyakit pangkal busuk batang yang disebabkan Ganoderma dapat mempengaruhi tingkat produksi dan produktivitas tanaman, khususnya perkebunan kelapa sawit rakyat.
"Pemerintah melakukan pemantauan dan pelaporan Ganoderma di semua provinsi dengan aplikasi sistem informasi pelaporan dan rekap data organisme pengganggu tanaman (sipereda OPT) serta Informasi pengendalian OPT melalui aplikasi sistem informasi kesehatan tanaman (sinta)," ujarnya dilansir dari laman ANTARA, pada Kamis (1/2).
Diceritakan Ardi, perkebunan rakyat yang terkena Ganoderma mencapai 46.767 hektar, paling besar di Sumut sudah masuk generasi ke lima, 34.000 hektar.
"Perkebunan rakyat yang terkena tersebar di 12 provinsi, meliputi Nangroe Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat," jelasnya.
Kata Ardi, pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit masih menjajikan dan jadi tumpuan untuk menjaga perekonomian nasional terjaga apalagi ekspor pertanian didominasi minyak kelapa sawit yang nilainya mencapai 34,94 miliar dolar AS atau setara Rp600 triliun pada 2022 lalu.
"Untuk itu, kami mengharapkan semua pihak bersinergi untuk mengendalikan penyakit ini dan meminta masukan konkrit kepada pemerintah," serunya.
Penyakit busuk pangkal batang disebabkan Ganoderma, ulas Ketua Umum GAPKI, Edy Martono, salah satu ancaman keberlanjutan kelapa sawit Indonesia.
"Sering terjadi baik di perusahaan dan perkebunan rakyat, terlambat menyadari sehingga harus dieridikasi," bebernya.
Banyak upaya untuk melakukan mitigasi Ganoderma, sebut Edy, seperti sanitasi, deteksi dini dan rekayasa tanaman tahan ganoderma tapi hasilnya belum memuaskan sehingga harus dilakukan berbagai upaya.
Kalau semakin banyak tanaman yang terkena dan eridikasi banyak yang dilakukan maka populasi tanaman berkurang dan produksi dan produktivitas menurun.
"Penelitian Ganoderma perlu diperbanyak dengan pendanaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sehingga menghasilkan mitigasi baru yang selama ini tidak terpikirkan," terangnya.
Komite Riset BPDPKS, Tony Liwang menimpali, BPDPKS sudah membiayai beberapa riset terkait Ganoderma seperti penggunaan drone untuk deteksi dini.
"BPDPKS sangat berkepentingan untuk menjaga keberlanjutan sawit Indonesia, termasuk dari ancaman ganoderma," ucapnya.
Dewan Pakar Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI), Karyudi menuturkan, pengendalian Ganoderma mengembalikan kondisi tanah seperti pada masa lalu dengan memasukan organisme antagonis seperti mikoriza dan trichoderma.
Kepala Dinas Perkebunan Jambi, Agus Rizal menjelaskan, selama ini Disbun Jambi membantu dengan trichoderma yang dibuat oleh UPT Perlindungan Perkebunan Disbun.
"Jambi siap berkolaborasi dengan semua pihak sebagai percontohan pengendalian ganoderma, terutama untuk perkebunan rakyat," imbuhnya.
Komentar Via Facebook :